Selasa, 22 September 2015

SUKU SELAYAR... SULAWESI SELATAN




Suku Selayar (To Silajara), merupakan suatu komunitas masyarakat yang berdiam di pulau Selayar yang berada di kabupaten kepulauan Selayar di provinsi Sulawesi Selatan.

Komunitas suku Selayar, selama ini lebih dikenal sebagai sub-suku Makassar, atau kadang disebut juga sebagai suku Bugis-Selayar. Beberapa penulis dan peneliti sering menganggap suku Selayar ini adalah bagian dari suku Makassar.
Secara kultur budaya, suku Selayar ini mirip dengan kultur budaya suku Makassar dan suku Bugis. Beberapa cara hidup dan adat, serta bisa dikatakan mirip dengan orang Makassar. Adat pernikahan, pakaian tradisional seperti baju bodo, erang-erang bosara dan beberapa lain bisa dikatakan sama dengan orang Makassar dan orang Bugis. Selain itu selama ini sebelum-sebelumnya orang Selayar juga menerima saja apabila disebut sebagai orang Makassar atau orang Bugis.
Tapi belakang muncul gejolak ingin bangkit dari bayang-bayang "Makassar" dan "Bugis". Orang Selayar ingin berdiri sendiri sebagai "suku bangsa" yang diakui oleh semua orang sebagai "suku Selayar".

Suku Selayar memiliki bahasa sendiri, yaitu bahasa Selayar. Bahasa Selayar berbeda dengan bahasa Makassar dan bahasa Bugis. Beberapa perbendaharaan kata dalam bahasa Selayar memiliki kata yang sama dengan bahasa Makassar dan bahasa Bugis, namun dialek dan intonasinya sangat halus. Dalam bahasa Selayar tidak mengenal kata-kata kasar. Bahasa Selayar mempunyai hubungan dengan bahasa Konjo Pesisir yang banyak dipakai di kecamatan Ujung Loe kabupaten Bulukumba provinsi Sulawesi Selatan.
Tapi walau suku Selayar menyatakan diri mereka berbeda dengan suku Makassar dan suku Bugis, tapi secara rumpun dan sejarah asal-usul, kemungkinan besar di antara mereka memiliki sejarah asal-usul dan nenek moyang yang sama.

Ana' dara silajara (gadis selayar)

Orang Selayar mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Perkembangan agama Islam sangat kuat di kalangan masyarakat suku Selayar ini, yang terlihat dari beberapa tradisi adat suku Selayar banyak dikombinasikan dengan budaya Islam.

Orang Selayar memiliki karakter perilaku yang lembut dan sopan. Secara sosial, suku Selayar memiliki aturan sosial sendiri. Aturan sosial itu merupakan aturan dari orang-orang tua dulu yang turun-temurun diwariskan untuk diterapkan. Kapalli adalah salah satu dari aturan sosial itu. Kapalli berarti pantangan atau larangan atau "tabu". Sesuatu yang tidak boleh dilakukan, karena apabila dilakukan, maka akan terjadi hal-hal yang buruk bagi si pelanggar.

Kapalli dalam suku Selayar:

  1. assalla (menghina orang lain)
  2. anjai’ bangngi (menjahit pada malam hari)
  3. akkelong ri pappalluang (bernyanyi di dapur)
  4. attolong ri baba’ang (duduk di pintu)
  5. appattolongi lungang (menduduki bantal)
  6. misso sa’ra’ allo (tidur menjelang magrib)
  7. bonting sampu’ sikali (kawin dengan sepupu satu kali)
  8. addopa-dopa (tengkurap)
  9. ta’meya menteng (kencing berdiri) ... berlaku perempuan dan lelaki
  10. appau suma-suma (ngomong dengan kata-kata sombong atau angkuh)
  11. ambokoi to nganre (pergi meninggalkan orang yang sedang makan)
  12. a’lingkai sa’ra’ allo (berkeliaran menjelang maghrib)
  13. appabangngi pabbissa manroang (membiarkan mangkok cuci tangan saat makan tidak tercuci hingga pagi)
  14. a'tokba' kanuku bangngi (potong kuku di malam hari)
  15. a'barrasa bangngi (menyapu di malam hari)
  16. a'dende-dende lalang sapo (loncat dengan kaki satu di dalam rumah)
  17. angnganre a'carita sihali (makan sambil ngobrol)
  18. dan lain-lain masih banyak lagi


Kehidupan sehari-hari suku Selayar sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, tapi tidak sedikit juga yang menjadi pekebun, pedagang, dan pada bidang profesi lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar